Jalur yang Terindah
Selain pembangunan yang sulit, pemandangan jalur Nanhui sangat luar biasa. Kereta yang berangkat dari Fangliao, yang merupakan tempat penting bagi pembudidayaan perikanan di pesisir barat Taiwan, di sepanjang jalan terlihat tambak-tambak budidaya ikan yang menjadi ciri khas setempat sepanjang tahun. Fangliao juga adalah penghasil mangga Irwin (愛文芒果), sepanjang jalan hingga ke Fangshan akan terlihat bunga-bunga mangga di pohon pada saat bulan Maret dan April. Musim panen mangga berkisar bulan Mei dan Juni, pada saat ini akan terlihat mangga-mangga yang ranum bergelantungan di pohon memenuhi dataran dan pegunungan, demikian Hsiao Chu-chen mendeskripsikan kenangan yang tersimpan dibenaknya, setelah beberapa tahun mengabadikan pemandangan jalur Nanhui. Berjalan lebih jauh ke selatan dan tiba di Stasiun Fangshan, tempat yang dikelilingi oleh pegunungan dan laut, merupakan perhentian paling selatan dari jalur kereta api TRA, sebuah tempat yang juga dikenal dengan pemandangan matahari terbenam.
Begitu kereta api memasuki Stasiun Fangshan, maka tibalah waktunya untuk berpisah dengan Selat Taiwan dan berbelok ke arah timur, memasuki pengunungan sentral, tempat yang minim akan jejak manusia. Sepanjang perjalanan jarang terlihat pemukiman penduduk, yang ada hanyalah lembah sungai dan pepohonan hijau serta tempat-tempat penanaman semangka di tepi sungai di saat musim gugur dan musim dingin. Ku Ting-wei, sang pencinta berat kereta api yang juga adalah Kurator Museum Kereta Api Takao, mengabadikan gambar foto kereta api yang keluar dari terowongan dengan ruang 3 dimensi di kelilingi dengan pegunungan atau melintasi sungai, ini merupakan pemandangan lain dari Taiwan yang jarang ditemukan di tempat lainnya.
Setelah melewati terowongan sentral, yang merupakan terowongan terpanjang dari jalur Nanhui, menerobos kawasan pegunungan dari Stasiun Guzhuang, karena kereta akan segera melintasi Stasiun Duoliang yang oleh Liu Ka-shiang disebut sebagai “Stasiun indah sepersepuluh detik”, kereta api tidak lagi berhenti di stasiun ini, tetapi karena stasiun ini terletak di lereng bukit dan didesain sebagai stasiun layang, sehingga terlihat pemandangan lautan luas dan birunya Samudera Pasifik, panorama yang indah telah terukir dalam benak kita. Setelah melewati Stasiun Kangle, pemandangan dari jendela kereta berubah menjadi kuning keemasan persawahan dan buah nona yang bergelatungan di pohon, pemandangan yang mengisi perjalanan hingga mencapai stasiun terakhir yaitu Taitung.
Pegunungan tinggi nan megah, lautan biru nan luas, kealamian dan sarat dengan sejarah budaya, hampir semua pemandangan menakjubkan Taiwan dihidangkan di jalur Nanhui, membuat orang enggan untuk beranjak pulang.
Liu Ka-hsiang berharap dapat mempertahankan seri kereta biru, ia memelopori “Wisata Santai”, tetapi yang dititikberatkan bukan lambat melainkan melalui kecepatan yang melambat untuk melihat panorama Taiwan yang berbeda.