Singgahan Ke-5: Membangun Merek “Pendidikan Pangan” Taitung
Mampir ke singgahan di kawasan lembah kemudian berbalik ke niat awal AGUA Design yang bermaksud mempromosikan pendidikan pangan Taitung, “Berkaitan dengan pendidikan makan Taitung, yang kami pikirkan adalah bagaimana caranya agar Taitung dapat terlihat, serta agar “warga Taitung” juga terlihat,” Agua Chou berkata.
“Taitung sangat berpotensi dalam pendidikan pangan, benar-benar kaya dan limpah ruah akan tetapi tidak terlihat oleh masyarakat luar.” Ada banyak sekali makanan langka di sini, setelah berkunjung ke Taitung baru menemukannya seperti buah tepurang, jeruk valencia, masih ada tanaman yang dikira hanya ada di Jepang yaitu bawang rakkyo dan lain-lain, ternyata semua tanaman ini umum ditemukan di Taitung. AGUA Design berharap melalui rancangannya bisa membuat kekuatan kuliner makanan Taitung semakin dikenal banyak orang.
Tahun lalu, tim AGUA melakukan survei di lahan liar kawasan lembah, mencatat kondisi musim-musim yang terjadi di kawasan lembah, kemudian dirangkum dalam gambar “Pendidikan Pangan Taitung 365”, begitu besarnya pengetahuan terkait dengan musim makanan, penyimpanan makanan dan kehidupan warga Taitung yang sangat mengandalkan musim.
Tahun ini ditampilkan “100 Kuliner Taitung” yang menggali resep makanan sehat untuk usia 0-100 tahun dengan mengundang ahli pencicip warga Taitung untuk berbagi apa yang disantap sehari 3 kali, cara makan, makan bersama siapa, agar setiap orang juga bisa menikmati kuliner, dengan cakupan dimulai dari lingkungan makanan, kesehatan gigi hingga pengelolaan isi kulkas. Menelusuri memori akan cita rasa kampung halaman kemudian merancang kombinasi kuliner yang tepat supaya setiap orang mengetahui ternyata makanan Taitung sangat lezat.
Memanfaatkan platform “Fooding Taitung”, ketika tidak berada di Taitung juga bisa memerhatikan kuliner Taitung, melalui internet yang menghubungkan puluhan ribu orang, media sosial facebook “Fooding Taitung” yang dikelola selama satu tahun berjalan dengan jumlah jangkauan (reach) mencapai jutaan orang. Unggahan artikel di laman facebook dalam waktu singkat menarik perhatian netizen dan marak dibahas dengan lontaran pertanyaan interaktif seperti cara makan, makan di mana, dan bagaimana cara memasaknya.
Tidak hanya melakukan survei lapangan, saat bersamaan tim AGUA, kami juga mengumpulkan banyak sekali informasi makanan dunia, misalkan aneka kuliner dari berbagai negara, bagaimana mengolahnya, bagaimana mempromosikan pendidikan pangan, semua ini menjadi kesempatan agar Taitung bisa mengenal dunia, juga mengenal diri sendiri. Banyak koki internasional bersusah payah mencari bahan makanan yang berkualitas untuk menciptakan masakan yang memiliki kekhasan daerah setempat. Agua Chou berharap, asalkan Taitung dapat terlihat maka akan menarik perhatian mereka karena selain kaya dengan bumbu-bumbu internasional Taitung juga dipenuhi dengan kearifan lokal.
Pendidikan Pangan Taitung Lukisan kehidupan suku Bunun di tembok luar sekolah, ini adalah pemandangan SD Jin Ping yang mempesona (Foto: Cathy Teng)
Arak adalah mediasi suku Amis untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan alam. Materi pendidikan pangan SD Yongan mengajari siswa membuat fermentasi arak, dalam kesempatan tersebut guru menyampaikan makna menghormati alam dan mencintai sesama.
Nasi putih ditaburi daging cincang, sejumput sayur dan sepotong daging, ditambah dengan toppingan bakso dan telur pindang, inilah memori indah Mala Huang semasa SMA.
Nasi putih ditaburi daging cincang, sejumput sayur dan sepotong daging, ditambah dengan toppingan bakso dan telur pindang, inilah memori indah Mala Huang semasa SMA.
Perintis AGUA Design, Agua Chou menjelaskan bahwa Taitung kaya akan modal pangan yang berlimpah, tetapi tidak terlihat oleh masyarakat luar.