Melalui imajinasi dalam film-film fiksi ilmiah, kita sejak dulu telah menjelajahi bintang-bintang dan bahkan menerima kemungkinan alien yang menetap di Bumi. Tetapi eksplorasi antariksa dan pemahaman astronomi sebenarnya berawal dari setiap penggemar astronomi, yang menghabiskan begitu banyak malam tanpa tidur untuk mengamati alam semesta. Bintang demi bintang, mereka menyatukan posisi benda-benda langit tersebut, dan sedikit demi sedikit mereka mengungkap misteri ruang angkasa.
Terletak di ketinggian 2.862 meter di Gunung Lulin Depan dan berdekatan dengan Taman Nasional Yushan, Observatorium Lulin yang dioperasikan oleh National Central University memiliki teleskop optik berdiameter terbesar (satu meter) di Taiwan. Selain menjadi benteng pengamatan astronomi di Taiwan, ia juga terlibat dalam banyak program astronomi internasional.
Dibutuhkan enam jam perjalanan dengan mobil dari Taipei untuk menuju observatorium. Setelah menurunkan perlengkapan, kami masih harus berjalan kaki sekitar 600 meter sebelum tiba di gedung observatorium putih, yang merupakan salah satu dari hanya beberapa observatorium di dunia yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor.
Hari-Hari Pengamatan Angkasa
Direktur observatorium Lin Hung-chin menemani kami di sepanjang jalan. Ia sangat familiar dengan tempat ini, selain karena ini adalah tempat kerjanya, juga karena pada tahun 1990, ketika masih mahasiswa pascasarjana, Lin bekerja dengan penasihat fakultasnya, Profesor Tsay Wean-shun, dalam pencarian situs observatorium. “Taiwan utara sangat dipengaruhi oleh angin monsun timur laut, sedangkan di Taiwan selatan ada gelombang udara barat daya, jadi kami memutuskan bahwa lokasi yang lebih cocok adalah di Taiwan tengah,” jelas Lin. “Selain itu, observatorium biasanya dibangun di pegunungan tinggi, untuk menghindari gangguan dari awan pada ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter.”
Kehidupan di observatorium sangat sederhana dan teratur. Selain Direktur Lin Hung-chin, masih ada dua pengamat yakni Lin Chi-sheng dan Hsiao Hsiang-yao, serta empat asisten penduduk asli yang menangani pengoperasian observatorium, untuk memastikan bahwa asalkan cuaca baik, pengamatan dapat dilakukan selama 365 malam dalam setahun.
Waktu pengamatan di malam hari sangat berharga. Penggunaan teleskop di observatorium terbuka untuk peneliti dari dalam dan luar Taiwan, yang mendapatkan alokasi waktu setelah rencana observasinya dievaluasi. Namun tidak ada orang yang bisa memprakirakan perubahan cuaca, pernah pada suatu saat di hari yang dijadwalkan kami tidak dapat melakukan pengamatan karena cuaca yang buruk. Kami hanya bisa tertawa dan menyebutkan ini adalah “mata pencaharian yang bergantung pada perubahan cuaca”.
Lin Hung-chin menjelaskan, secara keseluruhan kondisi Taiwan untuk pengamatan astronomi tidak termasuk buruk, di mana pengamatan rata-rata bisa dilakukan sekitar separuh dari satu tahun. Selain itu, karena observatorium terletak di lintang rendah, area langit yang terlihat meliputi sebagian besar belahan bumi selatan, yang merupakan sebuah keunggulan jika dibandingkan dengan negara-negara lintang tinggi. Lagipula, Lulin terletak di garis pengamatan pertama di sepanjang tepi barat Samudra Pasifik, jadi jika observatorium-observatorium besar di Amerika dan Hawaii mendeteksi beberapa target khusus, Observatorium Lulin dapat mengonfirmasi dan mengamatinya dalam kurun waktu cepat.
Peluncuran Misi Pengamatan Astronomi
Perkembangan astronomi di Taiwan bisa ditelusuri hingga zaman kolonialisme Jepang, tapi hanya setelah dibangunnya teleskop berdiameter satu meter di Gunung Lulin Depan oleh Institut Astronomi di National Central University, dobrakan besar baru dicapai dalam pengamatan astronomi di Taiwan. Dengan ini juga bertambahlah kesempatan untuk berpartisipasi dengan program kerja sama internasional, seperti Survei Okultasi Taiwan-Amerika (TAOS), program Pan-STARRS hasil kolaborasi Institut Astronomi di University of Hawaii dan Angkatan Udara Amerika Serikat, Survei Supernova Taiwan, dan Jaringan Pengamatan Semburan Sinar Gama (GRB) Asia Timur (EAFoN).
Selama bertahun-tahun, pengamatan dan penemuan asteroid adalah salah satu fokus penelitian astronomi. Asteroid terutama terdistribusi di sabuk antara Jupiter dan Mars. Lin Hung-chin menjelaskan bahwa asteroid adalah fragmen yang tertinggal dari pembentukan tata surya, membandingkannya dengan tepung yang tersisa setelah memanggang sepotong roti. Tertabraknya Jupiter oleh sebuah komet pada tahun 1994 mengingatkan para astronom bahwa ditabraknya Bumi oleh sesuatu dari luar angkasa bukanlah hal yang tidak mungkin.
Sejak menjadi salah satu observatorium pengamat antariksa pada 2002, Observatorium Lulin telah menemukan lebih dari 800 asteroid, menstempelkan banyak nama yang berhubungan dengan Taiwan di luar angkasa, antara lain “Chenshuchu” (Asteroid No. 278986), “Wudayou” (No. 256892), “Dengyushian” (No. 255989), “Chiayi” (No. 147918), “Tsou” (No. 175586) dan “Hehuanshan” (No. 207661).
Selain memberikan nama, alasan yang lebih penting untuk menemukan asteroid adalah untuk mengambil langkah-langkah pencegahan agar Bumi tidak tertabrak oleh objek dari luar angkasa. Di masa depan, fokus utama akan ditempatkan pada asteroid dengan diameter ratusan meter, yang meski tidak akan mengakibatkan kepunahan kehidupan manusia, tetapi mungkin dapat menyebabkan kehancuran sebuah kota. Para ilmuwan sedang berusaha keras mencurahkan kreativitas untuk mencari cara menangani kemungkinan itu. Hsiao Hsiang-yao berkata sambil tertawa, “Inilah sebabnya Anda juga dapat memanggil kami ‘penjaga Bumi.”
Hubungan antara Manusia dan Bintang
Ada juga sekelompok astronom amatir yang mengobservasi langit yang sama dan sama-sama terpesona oleh tak terbatasnya ruang antarbintang.
Salah satu peminat ini adalah Liu Chih-an, presiden Asosiasi Astronom Amatir Taipei dan juga pendiri dan webmaster dari grup Facebook “Aliansi Pelestarian Luar Angkasa Taiwan” Ia tertarik pada astronomi sejak kecil, dan belajar sendiri tentang angkasa di malam hari dengan pergi ke perpustakaan untuk membaca tentang astronomi. Demi melihat bintang-bintang, ia bekerja di sebuah perusahaan optik, dan di sana ia belajar banyak tentang optik dan teleskop. Pengalaman pengamatan luar angkasa lebih dari 30 tahun, menjadikannya sebagai pengamat kedua di Asia yang menyelesaikan “Marathon Messier”, yakni menemukan 110 benda langit dalam satu malam. Rekan-rekannya menyebutnya sebagai “manusia GoTo”
(GoTo adalah sebuah program navigasi otomatis untuk teleskop), seakan mempunyai peta bintang-bintang di otaknya. “Asalkan bintang itu muncul, aku bisa menemukannya.” kata Liu Chih-an.
“Ketertarikan manusia terhadap langit berbintang adalah bawaan lahir,” tutur Liu sambil menyetel teleskop tanpa alat bantu, dan dalam sekejap saja telah menemukan gugus bintang yang indah, baik itu gugus bola maupun gugus terbuka yang terpencar. Melalui teleskop, benda langit berjarak puluhan ribu tahun cahaya, kawah di bulan, sabuk atmosfer di Jupiter dan cincin Saturnus, semuanya terlihat jelas, membuat kita terpesona akan keindahan yang luar biasa.
Melindungi Kegelapan Langit
Angkasa berbintang telah menjadi peta yang tak terpisahkan dalam kehidupan Liu Chih-an, tapi perkembangan dari mengamati bintang-bintang sampai memerangi polusi cahaya, adalah sebuah jalan lain di peta ini.
Pemerintah Kabupaten Nantou menempatkan tanda peringatan LED di Puncak Yuanfeng di Gunung Hehuan pada tahun 2013. Inilah yang mempererat ikatan kebersamaan sekelompok pecinta astronomi untuk menyelamatkan lingkungan pengamatan bintang dari ancaman polusi cahaya.
Liu Chih-an mengemukakan contoh Kota Danau Tekapo di Selandia Baru. Kota kecil dengan 300-400 penduduk ini menjadi “cagar langit gelap” pertama di dunia setelah memberlakukan langkah-langkah pencegahan polusi cahaya. Setelah mendapatkan sertifikasi, pengamat bintang dari berbagai pelosok dunia berbondong-bondong ke sana dan ini telah mendorong pariwisata astronomi di Danau Tekapo.
Terinspirasi oleh ide-ide dari Danau Tekapo dan untuk mempromosikan pariwisata, Liu Chih-an dan rekan-rekannya mulai mendidik warga lokal di daerah Qingjing tentang pencegahan polusi cahaya, dan meminta para pengamat bintang untuk secara sukarela naik ke gunung mengadakan pelatihan dan pembinaan pemandu pengamatan bintang, dengan harapan pengetahuan tentang pariwisata astronomi bisa berkembang secara mandiri di sana.
Liu Chih-an membawa kami ke Florance Resort Villa dan Starry House, dua homestay yang menggunakan peralatan pencahayaan yang berbeda namun mengembangkan kreativitas masing-masing untuk mengurangi polusi cahaya, misalnya menambahkan alumunium foil di dalam lampu, mengurangi watt lampu, mengganti bola lampu dengan yang berkaca matte dan lainnya. Pengusaha homestay di Qingjing juga sepakat untuk menutup lampu luar ruangan yang berukuran besar setelah pukul 9 malam, dengan tujuan untuk mengembalikan panggung malam hari kepada bintang di angkasa.
Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa suatu tempat itu aman jika penerangannya baik, tetapi Liu Chih-an berpendapat bahwa pencahayaan yang berlebihan dapat menyebabkan silau dan titik buta. Yang mereka inginkan bukan mematikan semua lampu, melainkan “pencahayaan yang sesuai”.
Melihat tekad kelompok pengamat bintang ini, Pemerintah Kabupaten Nantou juga berkomitmen untuk mematuhi norma-norma yang ditetapkan oleh konvensi pencahayaan luar ruangan yang relevan. Juli 2018, bekerja sama dengan Asosiasi Pariwisata Qingjing dan kelompok-kelompok astronomi, Kabupaten Nantou mereka mengajukan permohonan pada Internasional Dark-Sky Association (IDA) untuk sertifikasi bagi Taman Langit Gelap Gunung Hehuan. Sertifikasi disetujui pada Juli 2019, membuatnya sebagai taman langit gelap ketiga di Asia selain Taman Ekologi Kunang-kunang Yeongyang di Korea Selatan dan Taman Nasional Iriomote-Ishigaki di Jepang.
Menatap langit luas yang dipenuhi bintang-bintang yang berjarak bertahun-tahun cahaya dari kita, bentuk-bentuknya yang indah menjadi fokus dalam mitos yang memikat tentang asal usul peradaban manusia, sedangkan rasa ingin tahu manusia yang tak terbatas membuat kita memulai perjalanan alam semesta. Dalam perjalanan pengamatan bintang, kita mendapati bahwa jarak antara kita dan bintang-bintang tidak sejauh yang dibayangkan.