Budidaya berjala kotak di atas laut
Karena suhu iklim perairan Taiwan kerap menghadapi perubahan yang drastis, ditambah dengan kawasan perairan Barat yang datar dan kawasan perairan Timur yang terlampau terjal, membuat Tsai Wen-shiung memutuskan untuk memulai usahanya di luar negeri.
Usaha budidaya Tsai Wen-shiung pertama kali dilakukan di Sabah, Malaysia. Namun karena kondisi pasir tanah Malaysia termasuk tua dan kerap bertimbun sampah di atasnya usai hujan, menaikkan kandungan asam tanat dalam air. Kondisi air seperti demikian memudahkan perkembangan ganggang laut, sehingga mempengaruhi penyediaan oksigen dalam laut serta berefek negatif untuk budidaya laut yang ada. Selang 4 tahun kemudian, Tsai Wen-shiung akhirnya melepaskan usahanya.
Tsai Wen-shiung memutar lokasi usaha ke Indonesia pada tahun 1986. Ia menemukan bahwa industri perikanan Indonesia sangat bervariasi, bahkan masih belum perlu melakukan budidaya ikan. Saat itu jumlah kapal nelayan asal Taiwan yang menjala ikan di perairan Indonesia mencapai lebih dari 1.000 kapal. Tsai Wen-shiung memulai usaha barunya sebagai nelayan, dan menjala ikan tuna selama 15 tahun. Karena penjalaan hewan laut yang berlebihan, menyebabkan penurunan kualitas yang sangat dratis, dimana sebelumnya ikan tuna yang ditangkap mampu mencapai 55 kg per ekornya, namun telah menyusut menjadi 30 kg per ekornya. Hal inilah yang kembali membangkitkan impian yang dipendam lama, Budidaya Laut.
Pada tahun 2003, ia membeli setengah pulau di kawasan perairan Utara Jakarta dengan dana sebesar lebih dari US$ 900 ribu. Tsai memasang jala berbentuk kotak di sekitar perairan pulau dan mulai melakukan budidaya lautnya. Suhu rata-rata tahunan Indonesia sekitar 25°-30° Celcius, sementara suhu air sekitar 27°-30°, tanpa perlu mengkhawatirkan badai Taifun, Tsai menyebut bahwa perairan Indonesia sangat cocok untuk industri budidaya laut. Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi pulau untuk budidaya laut adalah kualitas air, arus laut dan kondisi geografis lainnya. Selain itu Tsai juga menitikberatkan efisiensi upaya pengadaan barang konsumen. Pulau kecilnya terletak dekat dengan Jakarta, terbentuk dari karang yang tumbuh menjorok ke atas laut, dimana kondisi ini menciptakan beda kedalaman air hanya cukup dengan selisih hitungan beberapa meter saja. Terhitung jarak 3 meter dari tepi pulau, maka kedalaman air laut telah menjadi 25 meter. Hal ini tentu akan sangat memudahkan proses pemberian makan, budidaya dan pengawasannya.
Bagian lain yang penting dalam budidaya laut adalah proses manajemen, antara lain: Rancangan sistim pemberian makan, pemeriksaan medis kesehatan dan pencegahan penyakit ikan, pendataan perkembangan hasil budidaya per kwartal, pembersihan jala ikan setiap selang 14 hari, dan pemantauan terhadap resiko yang berkemungkinan terjadi. Tsai Wen-shiung mengandaikan pemeliharan bibit ikan bagaikan mengasuh bayi yang harus dilakukan selama 24 jam sehari. Banyak jenis ikan yang termasuk binatang malam, sehingga pemberian makan juga dilakukan pada malam hari. Karena bibit ikan mudah terjangkit penyakit, maka pemberian makanan juga harus diatur secukupnya saja. Tsai menemukan bahwa ikan juga memiliki emosional khusus, sehingga perhatian yang diberikan oleh Tsai baru dapat memberikan hasil yang baik. Semua yang disebutkan Tsai, juga dapat ditemukan dalam berbagai laporan riset. Semua usaha dapat terus diperbaiki, demikian juga dengan dunia budidaya laut masa kini yang terus menumpuk pengetahuan baru.
Manajemen perikanan juga menjadi satu bagian yang penting, dimana setiap sudut dan bagian memiliki kemungkinan timbul permasalahan yang akan mempengaruhi hasil budidaya.