Toko Es Krim Larut Malam
Terletak di sudut yang berbeda di Kota Taipei, Studio du Double V memiliki teknik pengerjaan yang berbeda dengan Kakigori Toshihiko, yakni langsung menyajikan natur dari hidangan es sebagai menu jajanan yang lugas.
Berada di dalam gang yang sibuk dengan lalu lalang manusia, layaknya “depot makanan tengah malam”, jam operasional Double V dimulai sore hari dan berakhir larut malam.
Double V menjual es krim Italia, yang terbagi atas dua kategori utama. Pertama, Gelato yang lembut dengan tambahan susu. Kedua, Sorbet yang cenderung berisikan buah-buahan, tanpa tambahan susu dan bebas lemak. Ini adalah toko es krim yang mengikuti perubahan musim, serta terus menggali inovasi dan transformasi. Setiap hari mereka menyajikan sembilan jenis es krim, dengan menu yang senantiasa berubah-ubah.
Cerita ini harus dimulai dari sang pemilik Double V, yakni Willson Chen yang mengambil jurusan elektro saat berada di jenjang universitas. Dirinya sedikit terlambat menginjakkan kaki di industri ini. Dengan kepribadian yang menyukai perubahan, Willson Chen pun tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja sektor teknologi yang monoton. Apalagi, ia pernah bekerja paruh waktu di kafe, saat mengenyam bangku kuliah. Ia akhirnya memicu hasrat untuk bergelut di bidang pembuatan roti. Setelah selesai menjalankan wajib militer, ia pun memulai kariernya, dengan menjadi seorang murid di sebuah toko roti tradisional.
"Saya memulai lebih lambat dibandingkan mereka yang bergelut di jurusan tata boga, saya apa pun tidak bisa,” tutur Willson Chen. Kerja keras menjadi hal yang lumrah, dengan tekad bulat, ia pun rela untuk memulai aktivitas pada pukul 06:00 pagi hingga 10:00 malam. “Setiap hari tiba di rumah, setelah mandi langsung tertidur di atas sofa, dan keesokan paginya kembali bekerja.” Hingga dirinya berhasil menguasai seluruh teknik keterampilan di dalam toko, dengan dukungan dari sang master, ia pun terbang ke negeri kuliner – Prancis, untuk mendalami teknik tata boga, dan akhirnya, ia pun lulus dari sekolah kuliner ternama, yakni Ecole Lenôtre.
Teknik Ilmiah Pemroduksian Es
Meski sedikit memutar, tetapi bagi Willson Chen yang berasal dari latar belakang teknik mesin, dirinya masih bisa menemukan sisi yang menitikberat pada logika ilmiah. Ditambah lagi pelatihan kuliner ala barat, dipadukan dengan karakteristik pribadi yang menyukai inovasi dan perubahan, membuat Double V memiliki keunikan tersendiri.
Bagi yang pernah menikmati es buatan Double V, pasti paham bahwa toko ini sangat luar biasa. Tidak hanya variasi yang terus berubah-ubah dengan kemampuan pengembangan yang kuat, tetapi juga memiliki tekstur yang lembut di setiap rasa yang mereka hadirkan.
Es krim adalah kesenian yang mengintegrasikan sains dengan cita rasa. Karena setiap bahan memiliki perubahan masing-masing pada suhu yang berbeda-beda, sehingga menguji kemampuan sang master untuk menguasai dinamika tiap komposisi saat mengolah es krim. Setiap rasa es krim Double V memiliki formula tersendiri, dan ini menjadi nyawa dari setiap produk yang mereka hasilkan. Bukan hanya pertimbangan rasa, melainkan bagaimana membuat kelembutan masing-masing es krim menjadi tetap konsisten, saat berada di wadah penyimpanan yang serupa.
Hingga hari ini, Double V telah mengakumulasi lebih dari 450 formula, produk dikeluarkan sesuai perubahan musim. Menu musim dingin menampilkan rasa yang lebih lembut perpaduan krim susu, wiski dan kacang-kacangan. Sedangkan di musim panas, lebih sering menggunakan buah-buahan. Toko es krim yang berinovasi “seiring dengan perubahan musim” ini, memperlihatkan eksplorasi yang mendetail dan variasi beragam dari setiap produk. Komposisi klasik vanila, memiliki metode penyajian yang berbeda-beda, baik di musim dingin atau panas. Di musim dingin, vanila akan lebih kental, sedangkan di musim panas akan terasa lebih segar.
Teh hijau Matcha dan gula merah yang sering kita temukan, bisa dikembangkan menjadi lima atau bahkan sepuluh menu sekaligus. Setiap tetesan bahan makanan ditafsirkan dengan maksimal. Willson Chen yang bergelut di kuliner khas barat ini, bahkan menemukan inspirasi dari hidangan penutup, misal dengan “hidangan penutup berbentuk es” yang pernah ia buat dari isian gula karamel, apel dan kue tar lemon.
Willson Chen mengatakan, hidangan penutup dapat dihidangkan berlapis-lapis, tetapi wujud es yang sederhana akan lenyap seketika dalam satu gigitan. Namun, produk es yang disajikan Willson Chen, memiliki cita rasa yang lugas, serta tekstur yang kaya dan lembut.