Indonesia yang luas, sumber alam yang kaya dan populasi besar, menjadi lahan investasi sepanjang tahun pengusaha Taiwan. Sehubungan dengan keterbukaan dan perubahan kebijakan investasi selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak kapital asing ditanam di tanah ini. Pengusaha Taiwan yang juga menyadari potensi populasi dan kebutuhan pasar domestik yang besar ini mengalihkan tujuan investasi dari Daratan Tiongkok ke Indonesia. Ketua Indonesia Taiwan Chambers of Commerce (ITCC) Zhou Zong-he yang sudah berdagang di Indonesia 45 tahun yakin di negara kepulauan ini untuk tren perkembangan kelas menengah serta industri informasi telekomunikasi akan menjadi lingkungan investasi semakin kondusif di masa depan.
Pertengahan Juli, Asia Taiwanese Chambers of Commerce (ASTCC) menggelar sidang tahunan selama empat hari di Taichung, diramaikan oleh 800 pengusaha Taiwan dari 13 negara termasuk Indonesia, Vietnam, Singapura dan Filipina, juga dihadiri oleh pejabat dari kantor perwakilan Indonesia dan Filipina di Taiwan serta Ketua ASTCC. Perihal Kebijakan Menuju Selatan Baru yang dengan aktif dipromosikan Presiden Tsai Ing-wen, mayoritas pengusaha Taiwan berharap pemerintah bisa terus berfungsi sebagai pendukung kuat pengusaha Taiwan, berusaha mengurangi resiko investasi pengusaha Taiwan di luar negeri.
Di tengah-tengah kelesuan ekonomi global jangka panjang, upaya pengusaha Taiwan di luar negeri adalah salah satu faktor penting bagi Taiwan untuk berkembang secara bervariasi dalam badan ekonomi dunia. Ketua ITCC Zhou Zong-he mengungkapkan, pengusaha Taiwan di Asia Tenggara telah merasakan upaya pemerintah dan meyakinkan bahwa kebijakan menuju selatan baru adalah arah yang tepat.
Zhou yang khusus pulang ke Taiwan untuk menghadiri sidang beranggapan, beberapa tahun terakhir, stabilnya kondisi politik Indonesia, besarnya kebutuhan pasar domestik, meningkatnya daya beli masyarakat kelas menengah, terutama berbagai kebijakan yang diadopsi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat membantu bagi investasi pengusaha asing, memberikan rasa optimis untuk prospek masa depan.
Sumber Alam dan Potensi Populasi yang Besar
Berbicara mengenai Indonesia, kesan umumnya adalah populasinya sangat besar dan sumber alamnya sangat kaya.
Memang benar, Indonesia adalah negara paling besar di Asia Tenggara, terdiri lebih dari 17.000 pulau dan kaya akan sumber alam baik di darat maupun laut. Pasca 1970an, Indonesia adalah pengekspor besar hasil pertambangan dan pertanian seperti gas alam, minyak mentah, tembaga, aluminium, minyak kelapa sawit dan lain-lain. Meskipun nilai tambahannya tidak tinggi, produk-produk tersebut telah menghasilkan devisa yang besar bagi Indonesia.
Ketua ITCC Zhou Zong-he yang sudah mulai berdagang ke Indonesia 45 tahun lalu, sambil mengingat-ingat masa itu menyampaikan, pada waktu itu kehidupan di Indonesia masih sangat susah, masyarakat jarang berdandan, bahkan sepatupun jarang dipakai. Di bawah kondisi demikian, apapun yang dijual pengusaha Taiwan, pasti ada yang beli. Selain itu, pemerintah Indonesia membuka izin bagi industri asing untuk mengeksploitasi sumber alam, ditambah dengan buruh domestik yang murah, membuat banyak pengusaha Taiwan sukses membangun tempat berpijak bagi bisnisnya di Nusantara.
Dari populasi negara-negara ASEAN berjumlah 620 juta jiwa, Indonesia mendominasi hampir 250 juta. Potensi populasi berjumlah sebesar ini adalah salah satu faktor utama pengusaha asing berpendapat optimis terhadap pasar ini. Di antaranya, keturunan Tionghoa mendominasi sekitar 7% populasi Indonesia, maka jumlahnya juga sangat besar, tapi sepanjang 32 tahun berkuasanya Presiden Suharto (1967-1998), pemerintah Indonesia mengadopsi kebijakan konservatif terhadap pengusaha asing, bahkan melarang pengajaran bahasa dan menekan budaya Tionghoa. Beruntung sekali, Presiden Abdurrahman Wahid mengubah kebijakan tersebut, mulai mendukung warga keturunan Tionghoa untuk merayakan hari raya imlek, bahkan menetapkannya sebagai hari libur nasional, mengizinkan dibukanya sekolah Tionghoa dan meningkatkan status masyarakat Tionghoa di Indonesia.
“Potensi populasi Indonesia, jumlah konsumen besarnya yang tidak anti-Tionghoa, membuat Indonesia sebagai pilihan terbaik bagi pengusaha Taiwan yang hendak memindahkan investasi dari Daratan Tiongkok,” demikian tutur Zhou, yang menambahkan bahwa kondisi terus membaik setiap tahun, terutama setelah Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun terakhir, pandangan pengusaha terhadap Indonesia sudah berubah dari hanya suatu pangkalan ekspor produk murah menjadi suatu pasar dengan kebutuhan domestik berpotensi besar. Karena kenaikan upah tenaga kerja Daratan Tiongkok maka banyak pengusaha Taiwan yang mengalihkan investasi dan lokasi pilihan pertama pemindahan pabrik adalah Indonesia.
Perkembangan Industri ICT Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2011, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), suatu cetak biru perkembangan ekonomi untuk 15 tahun ke depan. Mayoritas dari 22 rencana pembangunan yang diprioritaskan adalah industri tingkat satu dan dua, dan ada satu darinya yang agak istimewa dan diberikan harapan tinggi oleh pengusaha asing, yaitu industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Indonesia sebagai negara kepulauan, tentu komunikasi antara lima pulau utama dan puluhan ribu pulau kecil lain tidaklah mudah, membutuhkan jaringan kuat untuk komunikasi mobile, khususnya bagi populasi remaja yang berjumlah besar. Untuk itu, perkembangan ICT memiliki syarat dan motif menguntungkan. Berdasarkan analisis World Economic Forum, meningkatnya permeabilitas ICT di masyarakat suatu negara setinggi 10% akan mendorong laju PDB lebih dari 1,21%, dampak stimulasi ekonominya akan meluas sampai ke konsumsi bisnis jaringan dan perindustrian lainnya.
Di bawah perlindungan pemerintah, mulai 2017, 40% suku cadang handphone 4G yang dipasarkan di Indonesia harus diproduksi secara lokal. Dengan adanya regulasi tersebut, ASUS dari Taiwan, Samsung dari Korea dan Lenovo dari Daratan Tiongkok, semuanya membuka pabrik di Indonesia dan ini memberikan dampak besar bagi kemajuan ekonomi Indonesia.
Zhou Zong-he yang berbisnis handphone bekas di provinsi Jawa Tengah bertahun-tahun lalu telah meraih keuntungan berkat kecenderungan tersebut. Menurutnya, pasar di Jawa Tengah jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Sejak pertama kali memperoleh izin penjualan, kompetitornya telah bertambah banyak, tapi penjualan handphone tetap laku laris sampai tidak mampu memenuhi kebutuhan.
Kebijakan Baru Menarik Investasi Pengusaha Asing
Sejak inagurasi pada 2014, pemerintah baru Jokowi dengan giat berusaha memperkecil jarak kesenjangan sosial, meningkatkan mutu pelayanan sosial dan pemerintah, menciptakan suatu badan ekonomi modern multi rupa serta menampilkan tekad kuat untuk mempromosikan reformasi. Upaya dua tahun terakhir telah dengan sukses meningkatkan kepercayaan domestik dan asing, terbukti dari penampilan baik pasar moneter Indonesia belakangan ini dan juga mengalir masuknya kapital asing. Zhou Zong-he mengutarakan, presiden baru sangat mengutamakan transportasi antar pulau, berencana membangun lebih dari 3.000 kapal dalam kurun waktu satu tahun untuk melancarkan transportasi bahan baku dan membantu perkembangan industri perikanan. Kebijakan tersebut diperkirakan akan membantu pembangunan di pulau terpencil, sementara perkembangan sistem telekomunikasi akan menguntungkan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Masih ada satu kebijakan penting lagi yang akan dilaksanakan tahun ini, yakni diloloskannya undang-undang baru mengenai pelaporan harta kekayaan yang akan merendahkan perhitungan pajak pendapatan aset bagi kalangan industri.” Zhou Zong-he menguraikan, sistem pelaporan harta kekayaan yang diberlakukan bagi pengusaha asing di masa lampau mengenakan pajak berat terhadap perubahan aset, di mana bagian uang tunainya bisa saja dikenakan pajak 30%, sehingga banyak pembeli dan penjual sering mentransfer dana melalui pihak ketiga, karena penggunaan kapital yang ditanamkan pengusaha asing banyak terestriksi. Sejak 30 Juni, 2016, kebijakan baru memberlakukan sistem pelaporan yang memberikan syarat perpajakan jauh lebih menguntungkan.
Reformasi yang giat dipromosikan Presiden Jokowi akan menguntungkan arus kapital di pasar, juga membantu banyak bagi perkembangan pengusaha Taiwan di Indonesia. Zhou merasa optimis terhadap prospek masa depan pengusaha Taiwan di Indonesia. Revisi terhadap sejumlah syarat yang tidak menguntungkan bagi arus masuk kapital asing ke pasar Indonesia dilakukan karena pemerintah Indonesia telah menyadari bahwa dengan masuknya kapital asing bisa meningkatkan skala pembangunan infrastruktur, juga bisa menghasilkan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kelas Menengah Naik Daun, Pendidikan Fokus Kebijakan Menuju Selatan
Banyak orang Indonesia menganut paham “Carpe diem” (petiklah hari), maka tidak heran kalau proporsi tabungan warganya selalu sangat rendah; tapi sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi dan naik daunnya kelas menengah, gejala tersebut perlahan-lahan berubah. Menurut analisis Euromonitor International, dari 2009 sampai 2014, pendapatan riil keluarga Indonesia rata-rata bertumbuh 26%, tingkat tabungan juga meningkat dari 2,6% pada 2005 menjadi 4,8%, suatu angka cukup tinggi meski masih berjarak jauh dibandingkan angka penabungan melampaui 50% di Taiwan.
Perubahan pola hidup kelas menengah juga mempengaruhi perencanaan konsumsinya. Bagi masyarakat kelas tersebut yang selalu mengutamakan hiburan dan kehidupan sosial, setelah daya ekonominya menjadi kuat, mereka semakin tahu cara menikmati hidup, permintaan terhadap kualitas juga semakin tinggi, maka muncullah kesempatan baik untuk berinvestasi di mata pengusaha asing, dan ini juga mempengaruhi investasi mereka dalam pendidikan generasi berikutnya. Saat ini ada dua sekolah pengusaha Taiwan di Jakarta dan Surabaya. Pada mulanya, kedua sekolah tersebut hanya menawarkan pendidikan bagi anak-anak pengusaha Taiwan, tapi sekarang telah dibuka untuk anak-anak masyarakat Tionghoa perantau yang jumlahnya bertambah terus setiap tahun, menunjukkan semakin diutamakannya pendidikan bahasa Tionghoa oleh warga Tionghoa di Indonesia.
Kunci keberhasilan investasi pabrik pengusaha Taiwan di Asia Tenggara terletak pada pelatihan bahasa untuk kalangan manager. Pemerintah Taiwan sejak dulu mendukung program pelajaran bahasa ibu bagi pendatang baru generasi kedua. Banyak orang tua juga mendukung anak-anaknya untuk meneruskan studi di Asia Tenggara. Pemerintah baru juga telah merencanakan “Program Beasiswa Asia Tenggara,” menambahkan lebih dari 500 kesempatan beasiswa untuk studi ke negara-negara ASEAN, mendorong masyarakat Taiwan mempelajari budaya serta bahasa Asia Tenggara, juga mendukung masyarakat dan pelajar Asia Tenggara untuk datang belajar di Taiwan. Inilah arah baru dalam bidang pendidikan yang akan dipromosikan kebijakan menuju selatan baru.
Atas undangan Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia dan Kementerian Pendidikan, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia Muhammad Nasir mengadakan kunjungan ke Taiwan di akhir Juni yang lalu. Menurutnya, Indonesia sejak akhir 2012 mendaftarkan Taiwan, bersamaan dengan Jerman, Australia dan Selandia Baru, sebagai empat negara yang diprioritaskan untuk mendapatkan beasiswa pemerintah. Setiap tahun Indonesia mengutus banyak profesor universitas untuk meneruskan studi di sekolah pasca sarjana di Taiwan, dan juga menyambut pelajar Taiwan untuk sekolah di Indonesia. Ini adalah interaksi pendidikan penting antara Taiwan dan Indonesia.
Zhou Zong-he yakin dan mendukung kebijakan menuju selatan yang dipromosikan pemerintah baru. Dia menegaskan, kondisi politik Indonesia yang stabil, kehidupan rakyat yang sederhana, membuat pengusaha Taiwan yang membuka pabrik di In-donesia bisa dengan mudah mencari dan melatih pegawai. Zhou sangat optimis terhadap prospek lingkungan investasi Indonesia untuk beberapa tahun ke depan, juga yakin bahwa tenaga komersial lunak yang dibangun oleh pengusaha di negara tak berhubungan diplomatik, akan bisa menjadi pendukung ekonomi kuat bagi Tai-wan di luar negeri.